Ads 300 x 600

Jumat, 26 Mei 2017

PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN GOTONG ROYONG DI DESA KEBUNDADAP TIMUR








  
  


 









Disusun Oleh :


KELOMPOK KOMUNITAS DAN KELUARGA





PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP­­
TAHUN AKADEMIK 2017







SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN GOTONG ROYONG

Pokok Pembahasan                 :  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sub Pokok Pembahasan          : Pembersihan Sungai Warga Dusun Ares Tengah Desa         :  Kebundadap Timur
Tanggal                                   : 22 s/d 23 Mei 2017
Tempat                                    : Dusun Ares Tengah Desa Kebundadap Timur
Sasaran                                    : Seluruh Warga Dusun Ares Tengah Desa                               Kebundadap Timur
Waktu                                     : 14:30 s/d Selesai

A.    Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Pusat Promkes Depkes RI, 2011).
Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di seluruh kawasan Indonesia juga menggunakan 10 indikator PHBS yang harus diperaktikkan dirumah tangga karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat, indikator PHBS tersebut adalah:
1.      Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2.      Bayi diberi ASI eksklusif.
3.      Menimbang bayi dan balita setiap bulan.
4.      Menggunakan air bersih.
5.      Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6.      Menggunakan jamban sehat.
7.      Memberantas jentik nyamuk.
8.      Makan buah dan sayur setiap hari.
9.      Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
10.  Tidak merokok dalam rumah.

B.     Tujuan PHBS
1)      Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.
2)      Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga, yaitu : pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak (Depkes RI, 2011).

C.    Metode
            Metode penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekaligus gotong royong dalam membersihkan saluran sungai yang berada di batas utara desa kebundadap timur di daerah dusun ares tengah, sebagai bentuk perubahan perilaku dan penanaman kesadaran atas pentingnya kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan bermasyarakat serta bersama-sama mewujudkan hidup bersih dan sehat serta sejahtera.

D.    Media Dan Alat
Flipchat
Alat-alat kebersihan

E.     Kegiatan
Tahap
Kegiatan
Waktu
Pembukaan



Proses


Kegiatan


Penutup
-          Mengucapkan salam
-          Penyampaian maksud dan tujuan pertemuan sesuai kontrak waktu


-          Melakukan penyuluhan tentang pengertian PHBS
-          Melakukan penyuluhan tentang manfaat dari PHBS

-          Mahasiswa beserta warga mengikuti kegiatan gotong royong


-          Menutup pertemuan dan mengucapkan salam
5 menit



20 menit





10 menit

F.     Pengorganisasian
1.      Pembawa Acara         : Sunarwi
2.      Moderator                  : Choiril Amin
3.      Penyaji                       : Pujiyati Wahyuni
4.      Dokumentasi              : Fitril Akbar Wardana
G.    Evaluasi
1.      Evaluasi Struktur
-          Kesepakatan dengan warga desa kebundadap timur
-          Kesiapan peralatan kebersihan
2.      Evaluasi Proses
-          Peserta/bersedia hadir  sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan
-          Peserta antusias melakukan kegiatan gotong royong
3.      Mahasiswa
-          Seluruh mahasiwa mengikuti kegiatan gotong royong  
-          Dapat menjalankan perananya sesuai dengan tugas
4.      Evaluasi Hasil
-          Kegiatan  berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.



BAB I
KONSEP TEORI


A.      Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan advokasi, Bina Suasana (social support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2011).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Pusat Promkes Depkes RI, 2011).
Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di seluruh kawasan Indonesia juga menggunakan 10 indikator PHBS yang harus diperaktikkan dirumah tangga karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat, indikator PHBS tersebut adalah:


1)              Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2)             Bayi diberi ASI eksklusif.
3)             Menimbang bayi dan balita setiap bulan.
4)             Menggunakan air bersih.
5)             Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6)             Menggunakan jamban sehat.
7)             Memberantas jentik nyamuk.
8)             Makan buah dan sayur setiap hari.
9)             Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
10)         Tidak merokok dalam rumah.

Pengertian Perilaku
Perilaku menurut Skinner (1938), yang dikutip Notoatmodjo (2003), adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons).
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ada 3 faktor utama (Notoatmodjo, 2007), yakni :
1.         Faktor predisposisi (predisposing faktor). Faktor-faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2.         Faktor pemungkin (enabling faktor). Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor pendukung. Misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
3.         Faktor penguat (reinforcing faktor). Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.

Proses Terjadinya Perilaku
Peneliti Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1.    Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2.    Interns, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.    Evaluating (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus pada dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.    Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5.    Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Tujuan PHBS
1.    Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.
2.    Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sasaran PHBS dalam tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga, yaitu : pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak (Depkes RI, 2011).

Manfaat PHBS
1.    Bagi Keluarga
1)   Menjadikan anggota keluarga lebih sehat dan tidak mudah sakit.
2)   Anggota keluarga lebih giat dalam bekerja.
3)   Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan, dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
2.    Bagi Masyarakat
1)   Mampu mengupayakan lingkungan sehat
2)   Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
3)   Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4)   Mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin (Tabulin), arisan jamban, dan ambulan desa.

Kriteria Penilaian PHBS
Dalam penilaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) indikator Nasional ditambah indikator lokal spesifik dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Maka telah dikembangkan menjadi 16 indikator  dalam 4 variabel meliputi, variabel KIA dan Gizi, variabel KesLing (Kesehatan Lingkungan), variabel gaya hidup, dan variabel upaya kesehatan masyarakat yaitu sebagai berikut :
1.              KIA dan Gizi
1)             Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2)             Memeriksakan kehamilan minimal 4x.
3)             Bayi diberi ASI eksklusif.
4)             Menimbang bayi dan balita setiap bulan.
5)             Gizi.
2.              KesLing (Kesehatan Lingkungan)
6)             Menggunakan air bersih.
7)             Menggunakan jamban Sehat.
8)             Membuang sampah pada tempatnya.
9)             Menggunakan lantai rumah kedap air.
3.              Gaya Hidup
10)         Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
11)         Tidak merokok dalam rumah.
12)         Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
13)         Kesehatan gigi dan mulut.
14)         Tidak Miras dan Narkoba.
4.              Upaya Kesehatan Masyarakat
15)         Dana Sehat.
16)         PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Dari hasil pencapaian indikator tersebut, dapat ditentukan nilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai berikut :
1.              Sehat Pratama : 0-5
2.              Sehat Madya   : 6-10
3.              Sehat Utama   : 11-15
4.              Sehat Paripurna: 16
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan esensi dan hak azasi manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terkait hal tersebut, kualitas manusia secara komprehensif diukur berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indikator gabungan dari segi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Indikator derajat kesehatan masyarakat diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH) yang terkait erat dengan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan status gizi bayi dan balita (Kemenkes, 2013)

Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1.    Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “Tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.
2.    Memahami (Comprehension)
Memahami artinya sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.


3.    Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4.    Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.    Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6.    Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kreteria-kreteria yang telah ada.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1.    Umur
Umur menurut Hurlock E.B yang dikutip Nursalam (2003), adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup usia tingkat kematangan dan kemampuan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena dengan bertambahnya usia biasanya lebih dewasa pula intelektualnya.
2.    Pendidikan
Sampai saat ini pendidikan memegang peranan penting pada setiap perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang bertambah, sehingga mudah dalam menerima atau mengadopsi perilaku baru.
3.    Pengalaman
Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
4.    Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan dengan pengetahuan bertambah seseorang akan merubah perilaku.
5.    Media massa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi masyarakat tentang inovasi baru.
6.    Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran, apakah yang dilakukan baik atau buruk, dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
7.    Jenis Kelamin
Jenis kelamin berkaitan dengan perilaku model bahwa individu melakukan model sesuai dengan jenis kelaminnya.
8.    Pekerjaan
Menurut Thomas (1996), yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebaikan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya menyita waktu sehingga dapat mempengaruhi hal-hal lain termasuk juga di dalam mengetahui sesuatu di luar pekerjaannya.

Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), cara memperoleh pengetahuan yaitu:
1.    Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a.    Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b.    Cara kekuasaan (Otoritas)
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin atau pimpinan masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang di kemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c.    Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2.    Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.



Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Kontjaraningrat, 1990).
Menurut Soerdjono Soekanto, (1982). Masyarakat atau komunitas  adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatau wilayah (dalam arti geografi) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami teritorial tertentu dan adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya pembagian kerja dan kebudayaan bersama (Iaver, 1957).
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesetuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton, 1936).

Ciri-ciri Masyarakat
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1.    Interaksi
Di dalam masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara perseorangan, antara kelompok-kelompok maupun antara perseorangan dengan kelompok, untuk terjadinya interaksi sosial harus memiliki dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
2.    Wilayah Tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik di dalam ruang lingkup yang kecil seperti RT/RW, desa kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, dan Negara.
3.    Saling Ketergantungan
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Mereka hidup saling melengkapi, saling memenuhi agar tetap berhasil dalam kehidupannya.
4.    Adat Istiadat dan Kebudayaan
Adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat, yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian, sistem kekerabatan dan sebagainya.
5.    Identitas
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh anggota masyarakat lainnya, hal ini penting untuk menopang kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa lambang-lambang bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari perumahan, benda-benda tertentu seperti alat pertanian, mata uang, senjata tajam, kepercayaan dan sebagainya.
Masyarakat Indonesia dilihat dari struktur sosial dan kebudayaannya dapat dibagi dalam 3 kategori dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Masyarakat Desa
a.    Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b.    Hubungan didasarkan kepada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi sosial.
c.    Percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib.
d.   Tingkat buta huruf relatif tinggi.
e.    Berlaku hukum tidak tertulis yang intinya diketahui dan dipahami oleh setiap orang.
f.     Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan keterampilan diwariskan oleh orang tua langsung kepada keturunannya.
g.    Sistem ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual di pasaran untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Dan uang berperan sangat terbatas.
h.    Semangat gotong royong dalam bidang sosial dan ekonomi sangat kuat.
2.    Masyarakat Madya
a.    Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan mulai mengendor.
b.    Adat istiadat masih dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh luar.
c.    Timbul rasionalitas pada cara berfikir, sehingga kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan timbul kembali apabila telah kehabisan akal.
d.   Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan dasar dan menengah.
e.    Tingkat buta huruf sudah mulai menurun.
f.     Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
g.    Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah pada produksi pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur masyarakat karenanya uang semakin meningkat penggunaannya.
h.    Gotong royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial dikalangan keluarga dan tetangga. Dan kegiatan-kegiatan umum lainnya didasarkan upah.
3.    Masyarakat Modern
a.    Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
b.    Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling pengaruh mempengaruhi.
c.    Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d.   Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga kerampilan dan kejuruan.
e.    Tingkat pendidikan formal dan merata.
f.     Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g.    Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas    penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.

Tipe-tipe Masyarakat
Menurut Gilin lembaga masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.    Perkembangan
a.     Cresive Institution
Lembaga masyarakat yang paling primer, merupakan lembaga-lembaga yang secara tidak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat, misalnya yang menyangkut hak kepemilikan, perkawinan, agama, dan sebagainya.
b.    Enacted Institution
Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya yang menyangkut lembaga utang piutang, lembaga perdagangan, pertanian, pendidikan yang kesemuanya berakar kepada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat. Pengalaman-pengalaman dalam melaksanakan kebiasaan-kebiasaan tersebut disistematisasi, yang kemudian dituangkan kedalam lembaga-lembaga yang disahkan oleh negara.
2.    Sistem Nilai yang Diterima Oleh Masyarakat
a.    Basic Institution
Lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, diantaranya keluarga, sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi dasar yang pokok.
b.    Subsidiary Institution
Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang muncul tetapi dianggap kurang penting, karena untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja. Misalnya pembentukan panitia rekreasi, pelantikan/wisuda bersama dan sebagainya.


3.    Penerimaan Masyarakat
a.     Approved atau Social Sanctioned Institution
Lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti sekolah, perusahaan, koperasi, dan sebagainya.
b.    Unsanctioned Institution
Lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat, walaupun kadang-kadang masyarakat tidak dapat memberantasnya. Misalnya kelompok penjahat, pemeras, pelacur, gelandangan, dan pengemis.
4.    Penyebaran
a.     General Institution
Lembaga masyarakat didasarkan atas faktor penyebarannya. Missalnya agama karena dikenal hampir semua masyarakat dunia.
b.    Restricted Institution
Lembaga-lembaga agama yang dianut oleh masyarakat tertentu saja. Misalnya Bhudha banyak dianut oleh muangthai, Vietnam, Kristen katolik banyak dianut oleh masyarakat Italia, Prancis, Islam oleh masyarakat Arab dan sebagainya.




5.    Fungsi
a.     Operative Institution
Lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti lembaga industri.
b.    Regulative Institution
Lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak daripada lembaga itu sendiri. Misalnya lembaga hukum diantaranya kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.

B.  PENGERTIAN GOTONG ROYONG
Kata 'gotong royong' berarti bekerja bersama-sama (tolong- menolong, bantu-membantu) sedang kata 'kerja bakti' artinya kerja tanpa imbalan jasa (kamusbesar.com).
Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan            .
Manfaat Kegotong Royongan
Salah satu sifat bangsa indonesia yang sangat menunjang kehidupan bermasyarakat adalah kekeluargaan dan gotong royong yang tumbuh bersama karena banyak mengandung nilai luhur. Oleh karenanya perlu ditumbuh kembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing dan yang paling penting dalam gotong royong adalah tersirat rela berkorban tanpa pamrih, rasa saling membantu, mengutamakan kepentingan bersama / kepentingan umum dan rasa senasib. Dengan demikian manfaat gotong royong itu antara lain :
1.      Mempererat tali persaudaraan
2.      Memperkukuh persatuan dan kesatuan
3.      Membantu umat manusia yang membutuhkan bantuan atau pertolongan
4.      Mendorong timbulnya semangat kekeluargaan
5.      Dapat meringankan pekerjaan yang berat menjadi ringan dan cepat terselesaikan
6.      Dapat memupuk kehidupan bermasyarakat, berbagsa dan bernegara
7.      Menumbuhkan solidaritas dan kebersamaan 
8.      Menghemat waktu dan tenaga produktivitas kerja
9.      Meningkatkan produktifitas kerja
Nilai-Nilai Dalam Gotong Royong  
            1. Meringankan beban pekerjaan yang harus ditanggung
Semakin banyak orang yang terlibat dalam usaha membangun atau membersihkan suatu lingkungan, maka akan semakin ringan pekerjaan dari masing-masing individu yang terlibat di dalamnya. Selain meringankan pekerjaan yang harus ditanggung oleh masing-masing individu, gotong royong juga membuat sebuah pekerjaan menjadi lebih cepat untuk diselesaikan. Artinya, gotong royong dapat membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. 
2. Menumbuhkan sikap sukarela, tolong-menolong, kebersamaan, dan kekeluargaan antar sesama anggota masyarakat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gotong royong memiliki nilai-nilai yang menjadikan gotong royong menjadi budaya yang sangat baik untuk dipelihara. Gotong royong dapat menumbuhkan sikap sukarela, tolong-menolong, kebersamaan, dan kekeluargaan antar sesama anggota masyarakat. Masyarakat yang mau melakukan gotong royong akan lebih peduli pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka rela untuk saling berbagi dan tolong menolong. Masyarakat juga dapat lebih “guyup” karena gotong royong menjaga kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama anggota yang ada di masyarakat.  
3. Menjalin dan membina hubungan sosial yang baik dan harmonis antar warga masyarakat
       Lingkungan yang harmonis akan menyehatkan masyarakatnya. Ketika ada satu anggota masyarakat yang kesulitan, maka anggota masyarakat lain akan sigap memberikan pertolongan. Hubungan sosial yang baik dan harmonis seperti ini dapat dibangun jika masyarakat mau malakukan kegiatan gotong royong. Gotong royong dapat menumbuhkan hubungan sosial yang baik pada masyarakat. Sebagai akibatnya, hubungan antaranggota masyarakat pun akan semakin harmonis. 
4. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional                         
       Dalam skala yang lebih besar, gotong royong dapat meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional. Masyarakat yang sudah solid di tingkat RT atau RW akan mampu menjalin persatuan yang lebih besar lagi dalam skala nasional. Gotong royong mampu menyadarkan masyarakat jika kita semua berada di tanah air yang sama, sehingga sikap persatuan dan kesatuan yang ada juga harus diwujudkan dari Sabang sampai Merauke, yakni pada seluruh daerah di Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan (2011). Laporan Akhir Hasil Kinerja Dinas Kesehatan Tahun      2011.
Dinas Kesehatan (2013). Profil Kesehatan Profensi Jawa Timur Tahun 2013.
Dinas Kesehatan (2014). Data Dan Informasi Kesehatan Profensi Jawa Timur       tahun 2014.
Effendi Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:             EGC.
Erna Irawati, Wahyuni. Gambaran Karakteristik Keluarga Tentang             Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga            Di Desa Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen.   Jurnal,Vol. 8, No. 2 Agustus 2011.
Fitriani Gustia Ningsih dan Jonyanis. Perilaku Hidup Besih Dan Sehat Dalam        Rumah Tangga (PHBS) Pada Masyarakat Desa Gunung Kesiangan,           Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal. Jom FISIP             Volume 15, Oktober 2014.
Kamria, Dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Terhadap    Pemanfaatan Jamban Keluarga Di Desa Bontotallasa Dusun Makuring            Kabupaten Maros. Jurnal. Volume 9 Tahun 2013.
Kementrian Kesehatan RI (2013), Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian         Kesehatan Tahun 2013.
Kementrian Kesehatan RI (2014). Pusat Promosi Kesehatan Kementrian    Kesehatan Tahun 2014.
Kontjaraningrat, 1990. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.             Jakarta: EGC.
Notoadmojo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Cetakan kedua. Jakarta: Renika    Cipta
Notoadmojo, 2007. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta
Nursalam, 2003. Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.     Jakarta: Selemba Medika.
Nursalam, 2011. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu          Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen  Penelitian      Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Unknown

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

 
biz.